Selasa, 13 November 2012

CERITA APA INI?


PENULIS: AJI SUSANTO. FINANCIAL 1B 2012.4.20382
REKAN KERJA: NOOR FADLILAH. PRODUCTION 1A 2012.2.20159
 AKADEMI PIMPINAN PERUSAHAAN

TERINSPIRASI DARI IBU SETENGAH BAYA PENDIRI LSM EDUKASI DASAR—IBU TIN— DAN DIDASARKAN KARENA KEBODOHAN JUGA  DITAMBAH KESOKTAHUAN SAYA  YANG TAK BERUJUNG.
PENGALAMAN DAN CERITA DARI BELIAU NYATA ADANYA !

CERITA APA INI?

            “Bu, kita hanya bisa kasih ini untuk ibu” dengan kata manja khas anak sekitar umur 5-13 tahun. Lihat ibu dengan wajah semangat, tapi tengok hati ibu berambut ikal mempesona dia terenyuh, dingin tak bergairah diberi anggrek  berwarna sekalian filosofinya yang keunguan. Indahnya anggrek unggu hanyutkan pikiran ibu ikal itu. Setelah iya terbangun dari sakitnya , yang sedikit membuat semangat hidupnya agak berkurang. Anda bisa bayangkan suasana disana? Kagum sekalian hanyut dalam keperdulian sosial dari ibu dan anak didiknya.
            Mendengar narasi mudah,cepat tapi terasa masuk dalam suasana. Narasi ini terucap dari ibu hebat berambut ikal mempesona tersebut, yang biasa dipanggil ibu Tin . Ibu setengah baya, berdeterminasi tinggi bersumber dari anak didik nakal yang selalu menemani dan merangkai hidupnya. Anak nakal bukan main, bergerak sesuka hati, bercanda ria, sulit diatur layak seperti anak seusianya, ya tidak dipungkiri oleh ibu itu bahwa mereka lah yang selalu masuk dalam pikirannya tanpa menyampingkan urusan anak kandung aslinya. Putra-putri kandungnya hanya berjumlah tiga orang, huh tenggok anakanak ibu yang lain kurang lebih 88 orang jumlahnya. Bukan main, Anak-anak nakal mengisi hidup ibu hebat itu! Tidak berlebihan jika saya menyebut ia adalah ibu hebat berjiwa besar dengan penuh tanggung jawabnya berlandaskan kewajiban dari keyakinannya bahwa mencerdaskan anak bangsa adalah benarbenar ia resapi. Malu sungguh, saya mendengarnya . Label mahasiswa yang saya bawa sekarang ini belum terealisasi untuk kami para mahasiswa mengabdi kepada mereka.
            Uraian diatas bukan inti permasalahan yang sebenarnya, ini hanya tegur sapa kami para mahasiswa dan pemuda dalam acara jumpa dan belajar bersama ditanggal 29 Oktober—dalam peringatan sumpahpemuda --.
            Dari awalmula anak didik ibu bekas guru ini berjumlah 9 orang yang ibu fokuskan untuk mengajari edukasi dasar. Membaca, menulis, dan berhitung supaya penerus bangsa ini bebas dari buta aksara. Kisah coret-coret tembok lah yang jadi pacuan ibu ikal berbadan gempal ini untuk mengajari mereka edukasi dasar. Ketika anak usia 13 tahun mencoret pagar tembok rumahnya dengan tulisan-tulisan tidak senonok(kata kasar sampai berbau kelamin), apa sebabnya? Pembodohan!!. Anak ini dibodohin oleh abang- kakak laki yang mengajari anak itu menulis kata-kata kasar. Aneh? Ya, karena anak ini tidak tahu huruf apa pun dan tak mampu juga ia membacanya . Tapi ia sudah dibodohi untuk menulis kata itu. Ia buta aksara!
            Ibu setengah baya ini miris mendengar penjelasan anak tersebut “ saya, ga bisa baca bu dan saya tidak tau huruf apa itu? Tapi saya ingin belajar menulis dan membaca, terus saya diajari oleh abang itu .“ haha tertawa kecil saya dengar itu. Ibu benar terdiam kemudian rasakan angin sekitar yang menemani pemikirannya. Setelahnya beliau mengajak anak itu dan 8 orang temannya untuk datang lalu belajar menulis,membaca,dan berhitung. Berkembang kedepan dengan segala kelok dan perjuangannya hingga sampai saat ini jumlah anakdidiknya hingga 88 orang . Atas pencapainya perlu apresiasi penuh ,sangat penuh.
            Setiap hari dia mendidik merka, setelah dia keluar dari pekerjaan yang ia tekuni. Awalnya dia dibantu, oleh pemuda dari universitas untuk mengisi jam pelajaran di sekolah ini. Sampai akhirnya dia sendiri yang mendidik mereka, hanya sendiri! Betapa sulitnya? Menghadapi anakanak nakal yang bergabung dalam LSM EDUKASI DASAR. Tak heran usia yang tak lagi muda dan penyakit darah tinggi yang menyerangnya sedikit agak mengganggu aktifitas dalam mendidik. Terbaring lemas awalnya di rumah sakit, karena sempat stroke hingga ia bangkit pulihkarena daya juangnya. Ini cerita inti, sepulangnya dia dirumah, dia sudah terkaget banyak anak didiknya memenuhi area sampai pekarangan kecil agak remeh di rumahnya. ibu lemas melihat ini , “ada apa ini?” sambil memandangi anak-anak ibu. Dengan seonggok anggrek unggu seorang anak ibu menjawab “ hanya ini bu yang bisa kami beri.” “haha, ini anakanak ku yang memang jadi semangat hidupku” jawab ibu ini dalam hati karena ia tidak mau menunjukkan kesedihannya pada anak didiknya, ia tegar tunjukkan kekuatannya dalam hadapi ini. “iya anakanak ibu sudah sembuh, kita bisa belajar bersama lagi seperti biasanya” gaya khas ibu dalam mendidik dengan kelembutannya tanpa kehilangan ketegasannya.Teringat benar dan membekas di hati ibu.
            Setelah ngobrol singkat dengan anak-anak , dia menaruh seonggok anggrek unggu dalam pot didepan teras pagar rumahnya sambil menuntun anak-anak keluar dari rumah serba kekurangan milik sang ibu.
            Setiap hari sebelum ia jalan pagi, dia memandangi pot berisi anggrek unggu nan indah. Tapi tiga hari berselang, dia melihat ke depan rumahnya tidak ada lagi anggrek unggu itu --kemana dia?--  terpikir terus seharian. Besok pagi ibu kembali jalan pagi , sebagai proses pemulihan penyakitnya itu. “bu tin jalan-jalan nih?” tanya tetangga depan rumah. “iya” dengan ramah. “ bu tin tahu anggrek unggu saya tidak? Kemarin saya sempat kehilangan tanaman saya itu loh bu.” Sedikit binggung, apa artinya? Apa ini sindiran, cemoohan atau hanya cerita belaka? Simpulkan!
            Ibu kumpulkan anak-anaknya dalam satu ruangan lumayan luas ,yaitu tempat dimana dia mendidik --bukan mengajar—mereka. Ibu bertanya “apa benar kalian yang memberi ibu bunga?” . “iya bu” jawab mereka serentak. “Dari mana kalian dapat bunga anggrek unggu nan mempesona itu?” hahaha simpulan anda jawabannya. Sedih ibu, miris, tak percaya tanpa daya, dia bukan kecewa dan marah responnya hanya terdiam. Anak-anak yang menangis, bersender dipaha ibu menyebut kata maaf haru atas salah mereka. Sebab yang di pertanyakan? Dapati jawaban dari meraka “ itu pantas diambil darinya bu, dia orang kaya yang acuh pada kami dia punya banyak uang tapi tak lihat keadaan sekitar, kami hanya mengambil sedikit dari dia. Dia bisa beli lagi dengan uang yang banyak yang ia miliki.”Itu alasan logis atau tidak? Dilihat dari segi keadaan, ini bisa diterima kalau memang benar si orang kaya tadi menerima dan tidak terlalu menghiraukan anggrek unggu tak seberapa. Tapi nyata kalau memang orang kaya berumah besar dan serba kecukupan yang sangat tersohor di kampung itu benar menjijikan sekali. Malu ibu tin, karena dia yang mengejar kata perfect –sempurna—dalam hal mendidik , ternyata tidak bisa karena hal itu yang terjadi. Kemudian ibu menghilangkan kata perfect dari metodolgi mengajarnya , pelajaran yang dia ambil dari pengalamannya ini , pengalaman seonggok anggrek berwarna dengan filosofinya yang keungguan. Tidak ada yang sempurna ! semua serba kekurangan! Tapi yang menuntut kita untuk berpikir seperti apa solusinya, cara ideal yang diambil dari hati bukan dari cara manusiawi.
            Ini hanya sepenggalan kisah dalam jalan perjalanan ibu berani dan tangguh ini dalam mendirikan sebuah lembaga yang ia namai LSM edukasi dasar bertempat di Cagar alam , Depok. Memang sebuah sekolah yang benar-benar sekolah . sekolah yang memanusiakan manusia, ini jawaban dari pertanyaan saya tentang seperti apa arti sekolah yang sesungguhnya ? dan tempat apa itu? Pertanyaan ini muncul ketika saya  membaca salah satu buku bertema kan sekolah, berjudul “sekolah itu candu”, buku karangan Roem topatimasang buku terlaris sejak awal diterbitkannya pada 1998.  Sekolah bukan perusahaan dan bisnis ruwet menguntungkan, dengan segala tetek bengeknya yang merepotkan ,ini asumsi saya. Sekolah dari hati pendirinya untuk hati anak didiknya. Yang benar mengisi waktu luang mereka untuk diisi berbagai kegiatan positif dalam rangka mencerdaskan mereka. Berlainan arah, berbanding terbalik dengan sekolah atau perusahaan bertemakan lembaga pendidikan sekarang
            Standing up plus( maaf kalau salah nulisnya masih dalam proses belajar ) untuk ibu tin dari kami, pengalaman tak terlupakan tentang ini, pengalaman untuk menilai diri sendiri tanpa menghilangkan jejak orang lain yang turut berperan dalam hidup ini!. Kami organisasi intellegentsia study club –organisasi eksternal dari kampus Akademi Pimpinan Perusahaan-- berbangga bisa rasakan atmosfer kekeluargaan disana, dengan suka cita dan keramahan yang ibu dan anakanak nakal, lucu juga menggemaskan.  Bercanda, belajar, bermain sampai berbagi. Saya dan kawan-kawan berjanji untuk bisa lebih dari ibu! Dengan segala kekurangan ibu tapi masih tetap berguna untuk masyarakat, ibu lebih baik daripada mereka yang sering kongko-kongko, berbincang di sana di gedung bagus mewah , besar, penuh fasilitas—yang katanya membuat solusi cepat tingkatkan kesejahteraan.  Tapi nol hasil konkretnya!!. Mana faktanya? Pengangguran berkurang? Lapangan kerja bertambah? Pendidikan sudah berkualitas?  Kesehatan terjamin? Tuh ,perut kalian saja yang rasakan!(lihat perutnya, seperti apa?) Berbeda memang janji palsu puitis yang sering ada di iklan TV dan cara kerja bertele-tele yang sering juga di sebar diberbagai media, yang ujung-ujungnya Cuma ada kata – coblos nomer 1,2,3,4,5,6,7,8,9 sampai kelipatan yang lebih dari sejuta!!—ini jawabannya- “Kami lebih baik terpinggirkan dari pada menyerah pada kemunafikan!!” sudahlah, hentikan ini kami hanya bisa seperti ini -dengan wajah murung khas pribumi-. Lebih baik mulai berbagi, saling mengisi untuk kami, kalian juga mereka! Dari pada remeh-temeh tak ada hasilnya!
Simpulan  dari yang rada sok tahu, merasa bodoh, berisik dan kurang pengalaman —yaitu saya sendiri-- adalah  “ Untuk apa takut miskin? Kalau miskin pun kita masih bisa berbuat. Untuk apa menunggu kaya? Kalau kaya juga tak terlihat adanya . Untuk apa nanti ? kalau bisa sekarang. Untuk apa punya harta? Kalau tidak punya juga masih bisa. Untuk apa sempurna? Kalau masih ada yang lebih sempurna.  Untuk apa berbagi? Karena memang itu jawabannya!!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar