PENULIS:
AJI SUSANTO. FINANCIAL 1B 2012.4.20382
REKAN KERJA:
NOOR FADLILAH. PRODUCTION 1A 2012.2.20159
AKADEMI PIMPINAN PERUSAHAAN
TERINSPIRASI DARI IBU SETENGAH BAYA PENDIRI LSM
EDUKASI DASAR—IBU TIN— DAN DIDASARKAN KARENA KEBODOHAN JUGA DITAMBAH KESOKTAHUAN SAYA YANG TAK BERUJUNG.
PENGALAMAN DAN CERITA DARI BELIAU NYATA ADANYA !
CERITA APA INI?
“Bu,
kita hanya bisa kasih ini untuk ibu” dengan kata manja khas anak sekitar umur
5-13 tahun. Lihat ibu dengan wajah semangat, tapi tengok hati ibu berambut ikal
mempesona dia terenyuh, dingin tak bergairah diberi anggrek berwarna sekalian filosofinya yang keunguan.
Indahnya anggrek unggu hanyutkan pikiran ibu ikal itu. Setelah iya terbangun
dari sakitnya , yang sedikit membuat semangat hidupnya agak berkurang. Anda
bisa bayangkan suasana disana? Kagum sekalian hanyut dalam keperdulian sosial
dari ibu dan anak didiknya.
Mendengar narasi mudah,cepat tapi
terasa masuk dalam suasana. Narasi ini terucap dari ibu hebat berambut ikal
mempesona tersebut, yang biasa dipanggil ibu
Tin . Ibu setengah baya,
berdeterminasi tinggi bersumber dari anak didik nakal yang selalu menemani dan
merangkai hidupnya. Anak nakal bukan main, bergerak sesuka hati, bercanda ria,
sulit diatur layak seperti anak seusianya, ya tidak dipungkiri oleh ibu itu
bahwa mereka lah yang selalu masuk dalam pikirannya tanpa menyampingkan urusan
anak kandung aslinya. Putra-putri kandungnya hanya berjumlah tiga orang, huh
tenggok anakanak ibu yang lain kurang lebih 88 orang jumlahnya. Bukan main, Anak-anak
nakal mengisi hidup ibu hebat itu! Tidak
berlebihan jika saya menyebut ia adalah ibu hebat berjiwa besar dengan penuh
tanggung jawabnya berlandaskan kewajiban dari keyakinannya bahwa mencerdaskan
anak bangsa adalah benarbenar ia resapi. Malu sungguh, saya mendengarnya .
Label mahasiswa yang saya bawa sekarang ini belum terealisasi untuk kami para mahasiswa mengabdi kepada
mereka.
Uraian diatas bukan inti
permasalahan yang sebenarnya, ini hanya tegur sapa kami para mahasiswa dan
pemuda dalam acara jumpa dan belajar bersama ditanggal 29 Oktober—dalam peringatan sumpahpemuda --.
Dari awalmula anak didik ibu bekas
guru ini berjumlah 9 orang yang ibu fokuskan untuk mengajari edukasi dasar. Membaca, menulis, dan berhitung supaya penerus bangsa ini
bebas dari buta aksara. Kisah coret-coret tembok lah yang jadi pacuan ibu ikal
berbadan gempal ini untuk mengajari mereka edukasi dasar. Ketika anak usia 13
tahun mencoret pagar tembok rumahnya dengan tulisan-tulisan tidak senonok(kata
kasar sampai berbau kelamin), apa sebabnya? Pembodohan!!. Anak ini dibodohin
oleh abang- kakak laki yang mengajari anak itu menulis kata-kata kasar. Aneh?
Ya, karena anak ini tidak tahu huruf apa pun dan tak mampu juga ia membacanya . Tapi ia sudah dibodohi untuk
menulis kata itu. Ia buta aksara!
Ibu setengah baya ini miris
mendengar penjelasan anak tersebut “ saya, ga bisa baca bu dan saya tidak tau
huruf apa itu? Tapi saya ingin belajar menulis dan membaca, terus saya diajari
oleh abang itu .“ haha tertawa kecil
saya dengar itu. Ibu benar terdiam kemudian rasakan angin sekitar yang menemani pemikirannya. Setelahnya beliau mengajak
anak itu dan 8 orang temannya untuk datang lalu belajar menulis,membaca,dan
berhitung. Berkembang kedepan dengan segala kelok dan perjuangannya hingga sampai saat ini jumlah anakdidiknya
hingga 88 orang . Atas pencapainya perlu
apresiasi penuh ,sangat penuh.
Setiap hari dia mendidik merka, setelah dia keluar dari
pekerjaan yang ia tekuni. Awalnya dia dibantu, oleh pemuda dari universitas
untuk mengisi jam pelajaran di sekolah
ini. Sampai akhirnya dia sendiri yang mendidik mereka, hanya sendiri! Betapa sulitnya? Menghadapi
anakanak nakal yang bergabung dalam
LSM EDUKASI DASAR. Tak heran usia yang tak lagi muda dan penyakit darah tinggi yang menyerangnya sedikit
agak mengganggu aktifitas dalam mendidik. Terbaring lemas awalnya di rumah
sakit, karena sempat stroke hingga ia bangkit pulihkarena daya
juangnya. Ini cerita inti, sepulangnya dia dirumah, dia sudah terkaget banyak
anak didiknya memenuhi area sampai pekarangan kecil agak remeh di rumahnya. ibu lemas melihat ini , “ada apa
ini?” sambil memandangi anak-anak ibu. Dengan seonggok anggrek unggu seorang
anak ibu menjawab “ hanya ini bu yang bisa kami beri.” “haha, ini anakanak ku
yang memang jadi semangat hidupku” jawab ibu ini dalam hati karena ia tidak mau
menunjukkan kesedihannya pada anak didiknya, ia tegar tunjukkan kekuatannya
dalam hadapi ini. “iya anakanak ibu sudah sembuh, kita bisa belajar bersama
lagi seperti biasanya” gaya khas ibu dalam mendidik dengan kelembutannya tanpa
kehilangan ketegasannya.Teringat benar dan membekas di hati ibu.
Setelah ngobrol singkat dengan
anak-anak , dia menaruh seonggok anggrek unggu dalam pot didepan teras pagar
rumahnya sambil menuntun anak-anak keluar dari rumah serba kekurangan milik
sang ibu.
Setiap hari sebelum ia jalan pagi,
dia memandangi pot berisi anggrek unggu nan indah. Tapi tiga hari berselang,
dia melihat ke depan rumahnya tidak ada lagi anggrek unggu itu --kemana
dia?-- terpikir terus seharian. Besok
pagi ibu kembali jalan pagi , sebagai proses pemulihan penyakitnya itu. “bu tin
jalan-jalan nih?” tanya tetangga depan rumah. “iya” dengan ramah. “ bu tin tahu
anggrek unggu saya tidak? Kemarin saya sempat kehilangan tanaman saya itu loh
bu.” Sedikit binggung, apa artinya? Apa ini sindiran, cemoohan atau hanya
cerita belaka? Simpulkan!
Ibu kumpulkan anak-anaknya dalam
satu ruangan lumayan luas ,yaitu tempat dimana dia mendidik --bukan
mengajar—mereka. Ibu bertanya “apa benar kalian yang memberi ibu bunga?” . “iya
bu” jawab mereka serentak. “Dari mana kalian dapat bunga anggrek unggu nan
mempesona itu?” hahaha simpulan anda jawabannya. Sedih ibu, miris, tak percaya
tanpa daya, dia bukan kecewa dan marah responnya hanya terdiam. Anak-anak yang
menangis, bersender dipaha ibu menyebut kata maaf haru atas salah mereka. Sebab
yang di pertanyakan? Dapati
jawaban dari meraka “ itu pantas diambil darinya bu, dia orang kaya yang acuh
pada kami dia punya banyak uang tapi tak lihat keadaan sekitar, kami hanya
mengambil sedikit dari dia. Dia bisa beli lagi dengan uang yang banyak yang ia
miliki.”Itu alasan logis atau tidak? Dilihat dari segi keadaan, ini bisa
diterima kalau memang benar si orang kaya tadi menerima dan tidak terlalu
menghiraukan anggrek unggu tak seberapa. Tapi nyata kalau memang orang kaya
berumah besar dan serba kecukupan yang sangat tersohor di kampung itu benar
menjijikan sekali. Malu ibu tin, karena dia yang mengejar kata perfect –sempurna—dalam hal mendidik ,
ternyata tidak bisa karena hal itu yang terjadi. Kemudian ibu menghilangkan
kata perfect dari metodolgi mengajarnya , pelajaran yang dia ambil dari
pengalamannya ini , pengalaman seonggok anggrek berwarna dengan filosofinya
yang keungguan. Tidak ada yang sempurna ! semua serba kekurangan! Tapi yang
menuntut kita untuk berpikir seperti apa solusinya, cara ideal yang diambil
dari hati bukan dari cara manusiawi.
Ini hanya sepenggalan kisah dalam
jalan perjalanan ibu berani dan tangguh ini dalam mendirikan sebuah lembaga
yang ia namai LSM edukasi dasar bertempat
di Cagar alam , Depok. Memang sebuah
sekolah yang benar-benar sekolah . sekolah yang memanusiakan manusia, ini jawaban dari pertanyaan saya
tentang seperti apa arti sekolah yang sesungguhnya ? dan tempat apa itu?
Pertanyaan ini muncul ketika saya
membaca salah satu buku bertema kan sekolah, berjudul “sekolah itu candu”,
buku karangan Roem topatimasang buku
terlaris sejak awal diterbitkannya pada 1998.
Sekolah bukan perusahaan dan bisnis
ruwet menguntungkan, dengan segala tetek bengeknya
yang merepotkan ,ini asumsi saya. Sekolah dari hati
pendirinya untuk hati anak didiknya. Yang benar mengisi waktu luang mereka
untuk diisi berbagai kegiatan positif dalam rangka mencerdaskan mereka. Berlainan arah, berbanding
terbalik dengan sekolah atau perusahaan bertemakan lembaga pendidikan sekarang!
Standing
up plus( maaf kalau salah nulisnya masih dalam proses belajar ) untuk ibu tin
dari kami, pengalaman tak terlupakan tentang ini, pengalaman untuk menilai diri
sendiri tanpa menghilangkan jejak orang lain yang turut berperan dalam hidup
ini!. Kami organisasi intellegentsia
study club –organisasi eksternal dari kampus Akademi Pimpinan Perusahaan-- berbangga
bisa rasakan atmosfer kekeluargaan disana, dengan suka cita dan keramahan yang
ibu dan anakanak nakal, lucu juga menggemaskan.
Bercanda, belajar, bermain sampai berbagi. Saya dan kawan-kawan berjanji
untuk bisa lebih dari ibu! Dengan segala kekurangan ibu tapi masih tetap
berguna untuk masyarakat, ibu lebih baik daripada mereka yang sering kongko-kongko,
berbincang di sana di gedung bagus mewah , besar, penuh fasilitas—yang katanya
membuat solusi cepat tingkatkan kesejahteraan.
Tapi nol hasil konkretnya!!. Mana faktanya? Pengangguran berkurang?
Lapangan kerja bertambah? Pendidikan sudah berkualitas? Kesehatan terjamin? Tuh ,perut kalian saja
yang rasakan!(lihat perutnya, seperti apa?) Berbeda memang janji palsu puitis
yang sering ada di iklan TV dan cara kerja bertele-tele yang sering juga di
sebar diberbagai media, yang ujung-ujungnya Cuma ada kata – coblos nomer
1,2,3,4,5,6,7,8,9 sampai kelipatan yang lebih dari sejuta!!—ini jawabannya- “Kami
lebih baik terpinggirkan dari pada menyerah pada kemunafikan!!” sudahlah,
hentikan ini kami hanya bisa seperti ini -dengan wajah murung khas pribumi-.
Lebih baik mulai berbagi, saling mengisi untuk kami, kalian juga mereka! Dari
pada remeh-temeh tak ada hasilnya!
Simpulan dari
yang rada sok tahu, merasa bodoh, berisik dan kurang pengalaman —yaitu saya
sendiri-- adalah “ Untuk apa
takut miskin? Kalau miskin pun kita masih bisa berbuat. Untuk apa menunggu
kaya? Kalau kaya juga tak terlihat adanya . Untuk apa nanti ? kalau bisa
sekarang. Untuk apa punya harta? Kalau tidak punya juga masih bisa. Untuk apa
sempurna? Kalau masih ada yang lebih sempurna.
Untuk apa berbagi? Karena memang itu jawabannya!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar