Rabu, 05 Februari 2014

Kisah Negeri Kisruh Politis Dan Gerakan Pembaharuan Intelek Muda

oleh: Aji Susanto

Bekasi(5/2) — Gendering politik ditabuh, para petinggi mulai panas ketika kancah perpolitikan RI akan memulai peradaban baru. Masyarakat mulai cerdas utamakan kesejahteraan daripada plastic kosong petinggi Negara. Sejatinya politik, dan gerakan pembaharuan oleh kaum Intelligentsi.

Tahun politik milik Indonesia di 2014 ini, Pemilihan Umum untuk Lembaga Eksekutif dan Legislatif akan digelar April tahun ini. Bakal calon dari partai kanan , kiri dan ketengah mulai bentuk strategi jitu menangkan hati  konstituen.
Metode bukan hal yang menarik, namun dari segi politik masih bisa jadi perdebatan seru dan menantang. Mulai dari suara-suara sayup angkat nama bakal calon , sampai dengan pos-pos yang tersedia sampai pelosok desa buat menangkan nama terpampang dalam poster. Ketika metode yang terlihat begitu apik dan terdengar amat manisnya. Apa terbayang esensi yang dituju adalah kemenangan bukan kesejateraan milik rakyat, namun ketika itu berjalan sinergis beriringan toh tak jadi masalah.
Kisruh sana sini, cari celah lawan untuk masuk menyerang. Hantam kanan kiri tak peduli soal rakyat dan musibah yang menerjang. Indonesia dalam status siaga bencana yang dipredksi banyak melanda negeri pertiwi, mulai Sinabung yang sudah habiskan puluhan nyawa dan rumah serta harta benda, ibukota tenggelam akibat banjir dan system penawar racunnya yang belum berjalan sampai manado yang luluh lanta. Para petinggi masih saja bergeliat dengan perpolitikannya, Negeri ini bukan hanya tentang politik, banyak yang terdampak akibat pola politik yang kotor permainannya.
Politik adalah hal yang biasa diperbincangkan diberbagai media. Tak peduli terbit pagi hingga malam terbenam kembali, yang dipertontonkan lagi-lagi kasus korupsi para petinggi , tak bertanggungjawabnya menteri , hingga perdebatan golongan dengan piciknya mata penuh kepentingan.
Menurut seorang filsuf terkenal Aristoteles sejatinya politik adalah menakar hubungan antara manusia sebagai zoon politikon dan perkembangannya dalam pembentukan sebuah negara (polis) dan sebuah konstitusi sebagai regulasi politik. Di sisi lain, moralitas menjadi pandangan Aristoteles yang sangat penting dalam melihat perkembangan politik . Politik merupakan upaya penyuaraan untuk mencapai tujuan bersama . Proses pembentukan dalam masyarakat untuk merebut atau mempertahankan. Strategi dan landasan pemikiran dan system pemerintahan suatu Negara adalah penyesuaian penting dalam kancah perpolitikan, bukan hanya bahasa dan mimic menarik yang diperadukan demi popularitas. Tapi trust yang perlu dibangun dengan kesesuaian antara refleksi hingga representasi pemikiran.
Ada yang perlu digarisbawahi dari pandangan politis masyarakat ,politik Aristoteles yang terhubung topic paragraph sebelumnya. Yaitu tentang bahasa politis dan komunikasi sebagai sarana dalam tindakan politis. Sejauh ini, berdasarkan sejarah manusia bahasa dan komunikasi politis menjadi hal yang menarik karena merupakan kehkasan kebebasan individu yang dijamin oleh payung hukum. Dalam ruang lingkup yang lebih banyak(masyarakat), bahasa politis menjadi bahasa yang disampaikan berdasarakan kepentingan bersama dan kemajuan peradaban masyarakat umum. Dengan logos sebagai sarana, maka menurut Aristoteles percakapan tentang negara untuk menjadikan kepentingan bersama sebagai cita-cita adalah sebuah keniscayaan.
Sayangnya, banyak yang lupa dengan gagasan ini. Di setiap percakapan politik sekarang ini tidak menekankan pada kepentingan bersama dan pluralitas. Bahasa politik sekarang kadang-kadang malah menyebarkan syiar kebencian pada golongan yang berbeda. Padahal demokrasi bukan berdasarkan penyatuan tetapi persatuan. Inilah yang di sayangkan. Para politikus lupa pada esensi kebersamaan dan malah kadang-kadang menggunakan konstitusi sebagai kepentingan dan alat golongannya masing-masing.
            Pemikir-pemikir pemuda , kaum intelligentsi banyak dapat peran seharusnya, ketika diperlihatkan oleh realitas yang membosankan dan mengerikan taringnya. Seindahnya, seorang mahasiswa tonggak negara, agen perubah, agen pengkaji kebijakan dan penyambung lidah pemerintah dan rakyat mulai tergerak hatinya lebih dalam ketika sayupnya teriakan kaum Intellgentsi muda atas kelaliman dan penindasan. Suatu harapan terbentang, dari orde lama runtuh karena peranan aktif kaum pemikir muda yang bersuara lantang, orde baru runtuh karena kaum terpelajar bangkit dari ketertindasan, dan era-reformasi tercapai sampai hari ini dengan distorsi dan gelap matanya, mengecilnya volume teriakan kaum dengan jiwa penuh faham ideal.
Bangga pada negeri sendiri adalah sangat niscaya terjadi ketika kita bergerak, kita bersuara dan membongkar penindasan, kemiskinan, dan pembodohan. Banyak potensi anak negeri ini, bidang politik khususnya. Negara demokrasi harus banyak menyuarakan kedemokrasiaanya dari pada ke-oligarkiannya bahkan ke-tiraniannya. Negeri ini bukan golongan, negeri ini persatuaan. Boleh colek kata “bhineka tunggal ika” sebagai pengingat gerakan pembaharuan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar